Berjamaah ala hizb Albaniyah
Konsep jamaah tanpa imam digadang-gadang oleh hizb salafi indon akhir-akhir ini. Entah niatnya ingin menyesatkan atau memang sudah terlanjur salah dan gengsi untuk itba pada jalan salafush shalih yang sebenarnya, konsep jamaah tanpa imam ini terus didengungkan hingga hari ini. Ibarat disuruh menggambar, hizb ini bagaikan menggambar seeokor ayam tanpa kepala. Dan dengan Pede (dan bebal) berseraya: Ini lho ayam utuh, ayam terbaik, ayam pilihan.
Kenapa salafi indon tetap ngotot jamaah itu tidak perlu punya imam? Mari kita telaah argumen hizb ini:
1. Jamaah adalah "Tempat berkumpulnya Ahli Haq walaupun sedikit" (kalau tidak salah atsar Ali ra)
2. "apa yang saya dan para shahabatku berada diatasnya" (hadits)
3. ”Jama’ah adalah apa yang sesuai dengan kebenaran meski engkau sendirian.” (ibnu Mas'ud)
Dari 3 point di atas, adakah yang menyarankan bahwa berjamaah itu boleh tanpa imam? Tidak ada. Kalaupun yang nomer 3 nyerempet2, itu karena memang kalau sudah sendirian ya ngga mungkinlah jadi imam sekaligus menjadi "rukyah". Kalau sudah sendiri, tentu saja cuma bisa bertahan dengan mengikuti kebenaran sendirian. Kalau lebih dari satu orang? mungkin point nomer 1 lah jawabannya. Tetapi tetap saja tidak ada dari point di atas yang menyatakan bahwa jamaah itu tidak perlu imam.
Saya ingin beranalogi seperti ini: Kuda itu kakinya empat. Tiba2 seekor keledai berkata: "Aku kakinya 4 lho, berarti aku seekor kuda".
Maksud saya, meskipun kuda itu kakinya 4, belum tentu semua yang kakinya 4 itu kuda. Apa relevansinya? Begini, penjabaran tentang apa itu jamaah di hadits banyak sekali. Salah satunya point nomer 2 di atas: jamaah adalah apa yang saya (nabi) dan para sahabatku berada di atasnya. Haditsnya tidak salah. Jamaah memang apa yg nabi dan para sahabat berada di atasnya. Tetapi yang ngaco adalah, tiba2 sang hizb Albaniyah dengan gaya "selonong boy" nya langsung berujar: "karena saya pede bahwa saya sesuai dengan nabi dan para sahabat, berarti sayalah jamaah yang dimaksud, meskipun saya tidak punya imam".
Di mana ngaconya?
Hadits di atas hanyalah salah satu dari sekian hadits yang mendeskripsikan jamaah. Jadi si keledai (analogi saya tadi) seharusnya jangan keburu nafsu berkata "sayalah kuda, karena kaki saya 4". Si keledai ini sudah seharusnya mencari deskripsi tambahan supaya jangan malu-maluin. Ternyata di hadits lain jelas sekali misalkan di hadits Muslim ada deskripsi: "Tetapilah jama'ah dan imam mereka". Coba lihat tulisan saya sebelum ini tentang hadits hudzaifah mengenai jaman khoir dan syar. Di situ juga jelas tertulis: "jamaah dan imam". Jadi ternyata di hadits lain sangat jelas diterangkan bahwa jamaah itu PADANANnya ialah imam.
Apakah hadits ini bertentangan dengan hadits " aku dan para sahabatku berada di atasnya?" Tentu tidak sodara2ku. Hadits ini sebagai PELENGKAP deskripsi tentang jamaah. Apa buktinya? Nabi dan para sahabat berjamaah dengan mengangkat imam. Jaman nabi, tentu imamnya nabi sendiri. Setelah nabi wafat, diteruskan 4 kholifah sebagai imam, dst. Jadi yang dimaksud aku dan para sahabatku berada di atasnya adalah: Nabi dan para sahabat melakoni jamaah dengan mengangkat imam.
Balik ke analogi keledai tadi, rupanya sang keledai tidak cermat bahwa di kesempatan lain kuda itu dideskripsikan dengan telinga yang kecil (tidak panjang seperti keledai). Keledai tetaplah keledai yang bertelinga panjang meskipun berkaki 4.
Kalau masih ngotot jamaah itu tidak perlu imam, mungkin memang anda hizb Albaniyah sudah ditakdirkan sebagai keledai yang tidak punya urat kemaluan lagi.
Intinya: jangan cepat mengambil kesimpulan karena saya sudah ikut pengajian salafi bodong otomatis saya sudah jamaah tanpa perlu mengangkat seorang imam.
NB:
sedikit tambahan, point nomer 1 mengenai "jamaah adalah berkumpulnya ahli haq meskipun sedikit", akan saya kupas di tulisan yang lain (insya Allah). Tetapi saya beri sedikit clue: hujah ini menunjukkan bahwa KEGEMARAN hizb albaniyah mensubstitusi (secara serampangan) kata "imam" dengan "penguasa negara", ternyata memang merupakan pemerkosaan arti jamaah itu sendiri. Di sini jelas sekali bahwa "jamaah adalah berkumpulnya ahli haq meskipun sedikit" justru men-support argumen: untuk mendirikan jamaah tidak perlu dimulai dengan skala negara. Tetapi itu akan dibahas lain waktu, insya Allah.
The man, The legend
Wong Pinter
Kenapa salafi indon tetap ngotot jamaah itu tidak perlu punya imam? Mari kita telaah argumen hizb ini:
1. Jamaah adalah "Tempat berkumpulnya Ahli Haq walaupun sedikit" (kalau tidak salah atsar Ali ra)
2. "apa yang saya dan para shahabatku berada diatasnya" (hadits)
3. ”Jama’ah adalah apa yang sesuai dengan kebenaran meski engkau sendirian.” (ibnu Mas'ud)
Dari 3 point di atas, adakah yang menyarankan bahwa berjamaah itu boleh tanpa imam? Tidak ada. Kalaupun yang nomer 3 nyerempet2, itu karena memang kalau sudah sendirian ya ngga mungkinlah jadi imam sekaligus menjadi "rukyah". Kalau sudah sendiri, tentu saja cuma bisa bertahan dengan mengikuti kebenaran sendirian. Kalau lebih dari satu orang? mungkin point nomer 1 lah jawabannya. Tetapi tetap saja tidak ada dari point di atas yang menyatakan bahwa jamaah itu tidak perlu imam.
Saya ingin beranalogi seperti ini: Kuda itu kakinya empat. Tiba2 seekor keledai berkata: "Aku kakinya 4 lho, berarti aku seekor kuda".
Maksud saya, meskipun kuda itu kakinya 4, belum tentu semua yang kakinya 4 itu kuda. Apa relevansinya? Begini, penjabaran tentang apa itu jamaah di hadits banyak sekali. Salah satunya point nomer 2 di atas: jamaah adalah apa yang saya (nabi) dan para sahabatku berada di atasnya. Haditsnya tidak salah. Jamaah memang apa yg nabi dan para sahabat berada di atasnya. Tetapi yang ngaco adalah, tiba2 sang hizb Albaniyah dengan gaya "selonong boy" nya langsung berujar: "karena saya pede bahwa saya sesuai dengan nabi dan para sahabat, berarti sayalah jamaah yang dimaksud, meskipun saya tidak punya imam".
Di mana ngaconya?
Hadits di atas hanyalah salah satu dari sekian hadits yang mendeskripsikan jamaah. Jadi si keledai (analogi saya tadi) seharusnya jangan keburu nafsu berkata "sayalah kuda, karena kaki saya 4". Si keledai ini sudah seharusnya mencari deskripsi tambahan supaya jangan malu-maluin. Ternyata di hadits lain jelas sekali misalkan di hadits Muslim ada deskripsi: "Tetapilah jama'ah dan imam mereka". Coba lihat tulisan saya sebelum ini tentang hadits hudzaifah mengenai jaman khoir dan syar. Di situ juga jelas tertulis: "jamaah dan imam". Jadi ternyata di hadits lain sangat jelas diterangkan bahwa jamaah itu PADANANnya ialah imam.
Apakah hadits ini bertentangan dengan hadits " aku dan para sahabatku berada di atasnya?" Tentu tidak sodara2ku. Hadits ini sebagai PELENGKAP deskripsi tentang jamaah. Apa buktinya? Nabi dan para sahabat berjamaah dengan mengangkat imam. Jaman nabi, tentu imamnya nabi sendiri. Setelah nabi wafat, diteruskan 4 kholifah sebagai imam, dst. Jadi yang dimaksud aku dan para sahabatku berada di atasnya adalah: Nabi dan para sahabat melakoni jamaah dengan mengangkat imam.
Balik ke analogi keledai tadi, rupanya sang keledai tidak cermat bahwa di kesempatan lain kuda itu dideskripsikan dengan telinga yang kecil (tidak panjang seperti keledai). Keledai tetaplah keledai yang bertelinga panjang meskipun berkaki 4.
Kalau masih ngotot jamaah itu tidak perlu imam, mungkin memang anda hizb Albaniyah sudah ditakdirkan sebagai keledai yang tidak punya urat kemaluan lagi.
Intinya: jangan cepat mengambil kesimpulan karena saya sudah ikut pengajian salafi bodong otomatis saya sudah jamaah tanpa perlu mengangkat seorang imam.
NB:
sedikit tambahan, point nomer 1 mengenai "jamaah adalah berkumpulnya ahli haq meskipun sedikit", akan saya kupas di tulisan yang lain (insya Allah). Tetapi saya beri sedikit clue: hujah ini menunjukkan bahwa KEGEMARAN hizb albaniyah mensubstitusi (secara serampangan) kata "imam" dengan "penguasa negara", ternyata memang merupakan pemerkosaan arti jamaah itu sendiri. Di sini jelas sekali bahwa "jamaah adalah berkumpulnya ahli haq meskipun sedikit" justru men-support argumen: untuk mendirikan jamaah tidak perlu dimulai dengan skala negara. Tetapi itu akan dibahas lain waktu, insya Allah.
The man, The legend
Wong Pinter
1 komentar:
Alhamdulillah jazakallahukhoiro
Posting Komentar
Alhamdulillah Jazakumullahu Khoiro atas komentarnya !