4 Faktor Kendala Yang Menjadi Kendala Dalam Menuntut Ilmu
Saya berusaha memberikan sajian terbaik ke hadapan Saudara untuk dapat menjawab atas 4 faktor kendala yang sering menjadi kendala dalam menuntut ilmu.
1. Faktor Tempat : Dengan bergabung di LDII, berarti Saudara telah menemukan suatu komunitas yang ‘alim, berakhlaqul karimah dan mandiri sebagai wahana belajar bersama tentang agama Islam yang siap menampung segala lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang pendidikan, sosial, politik dan profesi, organisasi, usia, gender, suku dll.
2. Faktor Pengajar dan Materinya : Pengurus dan team work dari muballigh / muballighoh telah mengikuti berbagai pelatihan dakwah dan mendapat sertifikat dari MUI ataupun Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional, juga dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Teknologi Islam Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah mengikuti Diklat Amtsilati yaitu Metode Praktis Mendalami Al-Qur’an dan Membaca Kitab Kuning dan telah mendapatkan syahadah (sertifikat) dari Pondok Pesantren “DARUL FALAH” Bangsri-Jepara. juga telah mendapatkan Piagam Penghargaan sebagai KHOTIB dan IMAM se-Kecamatan Limo-Depok dari BADAN KOORDINASI KESEJAHTERAAN MASJID (BKKM) KEC. LIMO BERSAMA FORUM KOMUNIKASI UNTUK PERSATUAN UMAT ISLAM (FKPUI) KEC. LIMO. Dan berpengalaman puluhan tahun mengajar mengaji dari satu tempat ke tempat lain membawakan materi pedoman agama Islam melalui pemberdayaan sumber ilmu yang ada di sekitar kita, Al-Quran dan Al-Hadits Sohih dengan metode manqul (transfer ilmu) bacaan, makna / arti kata per kata beserta keterangannya, pada forum pengajian umum (kelasikal) maupun melayani permintaan pengajian perorangan (private).
3. Faktor Metode Pengajian : Kami menyuguhkan materi ilmu agama Al-Qur’an dan Al-Hadits bukan pamer pengetahuan keagamaan sekedar untuk diperdengarkan alias “jiping” ngaji kuping, akan tetapi setiap bahan kajian dari Al-Qur’an dan Al-Hadits kita bahas secara terbuka di "Ruang Pengajian", suasana pembelajaran dapat "hidup" didukung dengan bantuan layanan berpola komunikasi dua arah. Masing-masing jama’ah dapat langsung konsultasi dengan muballigh dan forum. Semua peserta dilibatkan langsung sehingga dapat mengajukan persoalan sekitar bahan pelajaran melalui tanya-jawab. Jama’ah tidak perlu kawatir karena kita buka semua keilmuan demi kepuasan jama’ah. Metode dan kurikulum programnya sudah dirancang sedemikian rupa melalui musyawaroh dan mufakat, namun laju kecepatan penambahan materi disesuaikan dengan kemampuan dari masing-masing jama’ah. Ibarat kami memandu rombongan menuju suatu tempat wisata, maka kami berusaha sebaik mungkin agar semua peserta dapat berhasil sampai ke tujuan dengan keadaan selamat. Jangan ada satu personel yang ketinggalan, apalagi ketinggalan di neraka, itu jangan sampai terjadi.
4. Faktor Lamanya Waktu Belajar dan Besarnya Biaya : Dengan model penyebaran informasi tentang Islam dengan metode manqul “transfer ilmu”, program ini dirancang dengan metode sederhana, praktis, akurat sekaligus mudah dipahami. Tidak muluk-muluk tetapi secara step by step dari hal yang mendasar tentang thoharoh sampai dengan masalah jihad, faroidh dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat langsung diamalkan. Hebatnya lagi, tidak dipungut biaya belajar ataupun konsultasi. Dengan demikian pengeluaran biaya membeli berbagai referensi / buku agama Islam dapat dihemat dan target waktu dapat dipersingkat.
Metode pembelajaran ilmu agama di kalangan umat selama ini pada umumnya belum efektif dan mengenai sasaran, belajar ilmu agama hanya dengan mendengarkan ceramah ulama di podium tabligh akbar, media elektronik (radio, televisi, internet), bahkan ada yang mencari gampangnya dengan copas, ataupun tulisan di media cetak yang berpola komunikasi searah, rasanya belum memperoleh hasil yang optimal. Terkadang materi yang dibawakan justru tidak menyentuh permasalahan pembinaan umat dengan tuntunan perilaku kehidupan sehari-hari, atau hal-hal yang sering disampaikan hanya sisi luarnya saja, tidak mendalam.
Sementara mempelajari agama dengan membeli dan membaca sendiri buku-buku agama karangan para penulis, terkadang justru menimbulkan berbagai keraguan. Semakin banyak membaca buku-buku karangan belum tentu semakin mantap dalam keyakinan terhadap kepastian hukum suatu amalan atau topik tertentu, bahkan boleh jadi malah "stress" karena kebingungan, mana yang salah dan mana yang benar, mana pula amalan yang harus ditinggalkan, dan juga mana yang harus dikerjakan…!
Penting untuk diingat…!
Muballigh…, sebelum mengajar harus punya persiapan yang matang. Karena, ini sangat penting untuk mencapai keberhasilan tegaknya Qur’an-Hadits-Jama’ah. Persiapan yang baik, berarti mengetahui materi apa yang akan dimanqulkan; kapan, dimana, dan bagaimana menjawab pertanyaan yang baik dan benar, bagaimana memberikan gambaran, contoh dan bagaimana pula memulai pengajaran.
1. Faktor Tempat : Dengan bergabung di LDII, berarti Saudara telah menemukan suatu komunitas yang ‘alim, berakhlaqul karimah dan mandiri sebagai wahana belajar bersama tentang agama Islam yang siap menampung segala lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang pendidikan, sosial, politik dan profesi, organisasi, usia, gender, suku dll.
2. Faktor Pengajar dan Materinya : Pengurus dan team work dari muballigh / muballighoh telah mengikuti berbagai pelatihan dakwah dan mendapat sertifikat dari MUI ataupun Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional, juga dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Teknologi Islam Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah mengikuti Diklat Amtsilati yaitu Metode Praktis Mendalami Al-Qur’an dan Membaca Kitab Kuning dan telah mendapatkan syahadah (sertifikat) dari Pondok Pesantren “DARUL FALAH” Bangsri-Jepara. juga telah mendapatkan Piagam Penghargaan sebagai KHOTIB dan IMAM se-Kecamatan Limo-Depok dari BADAN KOORDINASI KESEJAHTERAAN MASJID (BKKM) KEC. LIMO BERSAMA FORUM KOMUNIKASI UNTUK PERSATUAN UMAT ISLAM (FKPUI) KEC. LIMO. Dan berpengalaman puluhan tahun mengajar mengaji dari satu tempat ke tempat lain membawakan materi pedoman agama Islam melalui pemberdayaan sumber ilmu yang ada di sekitar kita, Al-Quran dan Al-Hadits Sohih dengan metode manqul (transfer ilmu) bacaan, makna / arti kata per kata beserta keterangannya, pada forum pengajian umum (kelasikal) maupun melayani permintaan pengajian perorangan (private).
3. Faktor Metode Pengajian : Kami menyuguhkan materi ilmu agama Al-Qur’an dan Al-Hadits bukan pamer pengetahuan keagamaan sekedar untuk diperdengarkan alias “jiping” ngaji kuping, akan tetapi setiap bahan kajian dari Al-Qur’an dan Al-Hadits kita bahas secara terbuka di "Ruang Pengajian", suasana pembelajaran dapat "hidup" didukung dengan bantuan layanan berpola komunikasi dua arah. Masing-masing jama’ah dapat langsung konsultasi dengan muballigh dan forum. Semua peserta dilibatkan langsung sehingga dapat mengajukan persoalan sekitar bahan pelajaran melalui tanya-jawab. Jama’ah tidak perlu kawatir karena kita buka semua keilmuan demi kepuasan jama’ah. Metode dan kurikulum programnya sudah dirancang sedemikian rupa melalui musyawaroh dan mufakat, namun laju kecepatan penambahan materi disesuaikan dengan kemampuan dari masing-masing jama’ah. Ibarat kami memandu rombongan menuju suatu tempat wisata, maka kami berusaha sebaik mungkin agar semua peserta dapat berhasil sampai ke tujuan dengan keadaan selamat. Jangan ada satu personel yang ketinggalan, apalagi ketinggalan di neraka, itu jangan sampai terjadi.
4. Faktor Lamanya Waktu Belajar dan Besarnya Biaya : Dengan model penyebaran informasi tentang Islam dengan metode manqul “transfer ilmu”, program ini dirancang dengan metode sederhana, praktis, akurat sekaligus mudah dipahami. Tidak muluk-muluk tetapi secara step by step dari hal yang mendasar tentang thoharoh sampai dengan masalah jihad, faroidh dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat langsung diamalkan. Hebatnya lagi, tidak dipungut biaya belajar ataupun konsultasi. Dengan demikian pengeluaran biaya membeli berbagai referensi / buku agama Islam dapat dihemat dan target waktu dapat dipersingkat.
Metode pembelajaran ilmu agama di kalangan umat selama ini pada umumnya belum efektif dan mengenai sasaran, belajar ilmu agama hanya dengan mendengarkan ceramah ulama di podium tabligh akbar, media elektronik (radio, televisi, internet), bahkan ada yang mencari gampangnya dengan copas, ataupun tulisan di media cetak yang berpola komunikasi searah, rasanya belum memperoleh hasil yang optimal. Terkadang materi yang dibawakan justru tidak menyentuh permasalahan pembinaan umat dengan tuntunan perilaku kehidupan sehari-hari, atau hal-hal yang sering disampaikan hanya sisi luarnya saja, tidak mendalam.
Sementara mempelajari agama dengan membeli dan membaca sendiri buku-buku agama karangan para penulis, terkadang justru menimbulkan berbagai keraguan. Semakin banyak membaca buku-buku karangan belum tentu semakin mantap dalam keyakinan terhadap kepastian hukum suatu amalan atau topik tertentu, bahkan boleh jadi malah "stress" karena kebingungan, mana yang salah dan mana yang benar, mana pula amalan yang harus ditinggalkan, dan juga mana yang harus dikerjakan…!
Penting untuk diingat…!
Muballigh…, sebelum mengajar harus punya persiapan yang matang. Karena, ini sangat penting untuk mencapai keberhasilan tegaknya Qur’an-Hadits-Jama’ah. Persiapan yang baik, berarti mengetahui materi apa yang akan dimanqulkan; kapan, dimana, dan bagaimana menjawab pertanyaan yang baik dan benar, bagaimana memberikan gambaran, contoh dan bagaimana pula memulai pengajaran.
0 komentar:
Posting Komentar
Alhamdulillah Jazakumullahu Khoiro atas komentarnya !