PEMAHAMAN SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH TENTANG WAJIBNYA UMAT ISLAM BERJAMA'AH
Dinukil dari : Kitab AS-SIYASAH AS-SYAR’IYYAH
Pasal yang ke-8, “Wujubu Ittikhadzil Imarah”يجب أن يعرف أن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين، بل لا قيام للدين إلا بها، فإن بني آدم لا تتم مصلحتهم إلا بالاجتماع لحاجة بعضهم إلى بعض، ولا بد لهم عند الاجتماع من رأس، حتى قال النبي صلى الله عليه و سلم : إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمروا أحدهم. رواه أبو داود من حديث أبي سعيد وأبي هريرة
Wajib untuk diketahui bahwa “Pengurusan perkara manusia” termasuk lebih besarnya kewajiban-kewajiban agama, bahkan urusan agama tidak dapat ditegakkan melainkan dengannya, sesungguhnya anak Adam tidak akan sempurna kebaikan mereka melainkan dengan bersama-sama (berjamaah) karena sebagian mereka memerlukan sebagian yang lain, dan tidak boleh tidak untuk berjamaah harus ada pemimpinnya sehingga Nabi Saw bersabda; “Ketika tiga orang keluar di dalam safar (bepergian) maka hendaklah mereka menjadikan salah satu diantara mereka sebagai amir”. HR. Abu Dawud, dari Haditsnya Abu Said dan Abu Hurairah.KETERANGAN
Dari uraian di atas dapat kita fahami tegasnya pemahaman Syaikhul Islam bahwa; Berjamaah adalah termasuk perkara yg paling wajib di dalam agama, dan urusan agama tidak akan bisa berjalan dengan tanpa berjamaah, alasannya karena umat Islam sebagai anak Adam (manusia) adalah makhluk sosial yang saling memerlukan satu-sama lainnya. Selanjutnya dalam berjamaah wajib ada imamnya beliau berhujjah dg Hadits tiga orang bepergian saja harus mengangkat salah satunya menjadi amir apalagi yang jumlahnya lebih dari tiga dan tidak dalam bepergian.
وروى الإمام أحمد في المسند، عن عبد الله بن عمرو، أن النبي صلى الله عليه و سلم قال : لا يحل لثلاثة يكونوا بفلاة من الأرض إلا أمروا عليهم أحدهم. فأوجب صلى الله عليه و سلم تأمير الواحد في الاجتماع القليل العارض في السفر تنبيها بذلك على سائر أنواع الاجتماع.
"Dan Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnadnya; Dari Abdillah bin Amru sesungguhnya Nabi Saw bersabda; Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sebagian dari permukaan bumi kecuali jika mereka menjadikan salah satu mereka sebagai amir atas mereka. Maka Nabi Saw mewajibkan menjadikan satu orang sebagi amir di dalam jamaah yang sedikit yang dalam keadaan bepergian sebagai bukti demikian itu (wajibnya mengangkat berimam) atas seluruh keadaan berjamaah."KETERANGAN
Selanjutnya Syaikhul Islam berhujjah pada Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam “Musnad Ahmad” Sabda Nabi; Tidak halal bagi tiga orang ….dst. yang penekanannya adalah; jumlah anggota jamaahnya sedikit dan dalam bepergian saja wajib mengangkat imam, itu sebagai bukti yang memperkuat bahwa segala bentuk berjamaah wajib ada imamnya.ولأن الله تعالى أوجب الأمر بالمعروف والنهى عن المنكر، ولا تتم ذلك إلا بقوة وإمارة، وكذلك سائر ما أوجبه، من الجهاد، والعدل، وإقامة الحج، والجمع والأعياد، ونصر المظلوم، وإقامة الحدود، لا تتم إلا بالقوة والإمارة، ولهذا روى : أن السلطان ظل الله في الأرض. ويقال : ستون سنة من إمام جائر أصلح من ليلة بلا سلطان. والتجربة تبين ذلك.
"Dan sesungguhnya Allah Ta’ala mewajibkan Amar Ma’ruf Nahi Anil Mungkar, dan hal itu tidak akan sempurna kecuali dengan kekuasaan dan keamiran demikian pula dengan segala yang diwajibkan oleh Allah terdiri dari jihad, keadilan, menyelenggarakan haji, segala perayaaan, menolong orang yang teraniaya, menegakkan hudud itu semua tidak akan terlaksana melainkan dengan kekuasaan dan keamiran, oleh karenanya diriwayatkan (dalam Hadits); Sesungguhnya sulthan adalah naungan Allah di bumi, dan dikatakan; 60 tahun dari imam yang jair (sewenang-wenang) lebih baik daripada 1 malam dengan tanpa sulthan, dan pengalaman membuktikan demikian adanya."KETERANGAN
Syaikhul Islam menjelaskan bahwa; kewajiban Amar Ma’ruf nahi anil Mungkar dan kewajiban-kewajiban agama yang lainnya tidak akan terselenggara dengan baik kecuali dengan berjamaah dengan dipimpin oleh imam, sehingga Nabi Saw mengibaratkan sulthan (imam) adalah sebagai naungan Allah di bumi, bahkan walupun selama 60 tahun di dalam jamaah ternyata imamnya jair atau zalim itu masih jauh lebih baik daripada 1 hari tdk mempunyai imam (tidak berjamaah).ولهذا كان السلف كالفضيل بن عياض و أحمد بن حنبل وغيرهما، يقولون : لو كان لنا دعوة مجابة لدعونا بها للسلطان.
"Oleh karenanya ulama’ salaf seperti al-Fadhl bin Iyadh dan Ahmad bin Hambal serta yang lainnya mereka berkata; Seandainya kami punya doa mustajabah niscaya kami akan peruntukkan doa itu untuk sulthan."KETERANGAN
Syaikhul Islam menjelaskan; Atas dasar pentingnya peranan imam di dalam jamaah sehingga para ulama salaf berkata; Seandainya kami punya doa mustajabah niscaya kami akan peruntukkan doa itu untuk mendoakan kebaikan bagi sulthan (imam) yang tujuannya agar para imam tsb diberi ilham yang baik dan bisa memimpin jamaahnya dengan adil.وقال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله يرضى لكم ثلاثة : أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئا وأن تعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا وأن تناصحوا من ولاه الله أمركم. رواه مسلم. وقال : ثلاث لا يغل عليهم قلب مسلم : إخلاص العمل لله، ومناصحة ولاة الأمر، ولزوم جماعة المسلمين، فإن دعوتهم تحيط بهم من ورائهم. رواه أهل السنن. وفي الصحيح عنه أنه قال : الدين النصيحة الدين، النصيحة الدين النصيحة، قالوا : لمن يا رسول الله ؟ قال : لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم. الخ
"Dan Nabi Saw, bersabda; Sesungguhnya Allah ridha pada kalian akan tiga perkara; Menyembah Allah dan tidak menyekutukannya, menetapi agama Allah dengan berjamaah dan tidak berfirqoh dan berbakti (taat) kepada orang (imam) yang diserahi (untuk mengurus) perkara kalian." HR. Muslim dan Nabi bersabda; 3 perkara yang hati orang Islam tidak akan berkhianat darinya; ikhlas dalam beramal karena Allah, berbakti (taat) kepada pengatur (imam), dan menetapi jamaatul muslimin (berjamaah), sesungguhnya doa mereka meliputi dari belakang mereka. Diriwayatkan oleh para imam ahli sunan (Hadits).Dan di dalam Hadits shohih dari Nabi beliau bersabda; Agama itu nasihat, Agama itu nasihat, mereka (sahabat) bertanya kepada siapa wahai Rasululullah ? beliau bersabda : kepada Allah, kepada kitabnya, kepada Rasulnya, dan kepada para imamnya orang-orang Islam dan umumnya mereka.
KETERANGAN
Dengan Hadits-hadits di atas Syaikhul Islam memperkuat bab wajibnya berjamaah seperti yang dijelaskan di atas. Diantaranya Hadits yang menegaskan bahwa Agama itu nasihat (yang maksudnya adalah berbakti) ketika ditanya oleh sahabat; kepada siapa (berbaktinya) ? beliau menjawab;1. Kepada Allah; Dengan mengimaninya, menyembah hanya kepadaNya dengan tidak menyekutukanNya, mentaati perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
2. Kepada kitabnya; Dengan mengimaninya (bahwa al-Qur’an adalah wahyu dari Allah), mempercayai cerita yg ada di dalamnya, mentaati perintah Allah dan menjauhi laranganNya yg terdapat di dalamnya.
3. Kepada Rasulnya; Dengan mengimani (kerasulan atau kenabian)nya, mentaati perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
4. Kepada para imam; Mentaati perintahnya dan menjauhi segala larangannya yang tidak maksiat sak pol kemampuan, menasehatinya dengan cara yang baik jika sang imam lupa atau salah.
5. Kepada umumnya orang Islam; Bersaudara (rukun kompak) lahir-bathin dengan mereka serta saling menasehati satu sama lainnya. Dst.
6 komentar:
Mantab
Sabda Nabi:
Apakah Islam bisa ga pake Pemimpin:
“Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: “Menetapilah kamu (Hudaifah bin Yaman) pada jamaah muslimin dan imam mereka (artinya: carilah Islam yang berbentuk jama’ah dan yang mempunyai imam sebagai pemimpinya), aku (Hudaifah bin Yaman), berkata: “(Bagaimana) jika tidak ada jama’ah dan imam mereka? Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: “Uzlah-lah (Pisahilah) segala bentuk firqoh-firqoh (ada 72 firqoh Islam), sekalipun kamu hanya makan akar / umbi pohon sehingga maut menjemput kamu sementara kamu atas keadaan demikian”. (HR. Bukhori, Kitabul Fitan).
Apa pemimpin ga pake BAEAT:
“Barangsiapa melepas tangan dari taat akan bertemu dengan Allah pada hari kiyamat dengan tidak punya alasan. Dan barangsiapa mati sedang tidak ada ikatan bai’at pada lehernya maka ia mati seperti matinya orang jahiliyah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh : II/136)
Dari Ibnu abbas ia berkata: telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang melihat sesuatu yang dibencinya dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah barang satu jengkal saja lalu ia mati maka kematiannya berada dalam kejahiliyaan”.(HR.Muslim 3/1477 No.1849)
Apa MATI JAHILIYAH BERARTI MASUK SURGA:
Yang dimaksud “seperti mati Jahiliyah” adalah kematian dalam kesesatan, perpecahan dan tidak mempunyai imam yang dibaiat dan ditaati. (Hamisy Shahih Muslim II/136)
Apa MATI "DALAM KESESATAN" itu BERARTI MASUK SURGA:
Apakah Presiden di Negara Sekuler yang terpilih melalui PEMILU yang jelas jelas mencalonkan diri itu bisa di BAEAT:
“Sekalipun kamu dipimpin oleh seorang budak Habsyi yang rumpung hidungnya, wajib kamu mendengar dan mentaatinya selama ia memimpin kamu dengan Kitabullah.” (HR.Ibnu Majah dari Ummul Hushain dalam bab Tha’atul Imam: II/201, Muslim, Shahih Muslim: II/130, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/181 No.1706. Lafadz Ibnu Majah)
“Saya dan dua orang dari kaumku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka salah seorang dari keduanya berkata: “Ya Rasulullah, jadikanlah kami sebagai amir.” Dan yang lainnya pun berkata demikian. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya kami tidak memberikan keamiran ini kepada seseorang yang memintanya dan yang menginginkannya (ambisi).” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80)
TETAPILAH Al JAMAAH:
1. Umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- di atas kesesatan, dan tangan Allah bersama jamaah, dan barang siapa yang menyempal maka dia menyempa menuju neraka.- Tirmidzi, Bab Maa Ja’a fi Luzumil Jamaah, No. 2167
2. “Dan berpegang-teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Alloh dengan jama’ah, dan janganlah kamu sekalian firqoh”. (QS. Ali ‘Imron,No. Surat: 3, Ayat: 103).
3. “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan),dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulunya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali ‘Imran:103 )
4. “Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rosululloh dalam ‘Amrin Jaami’in’ (sambung berjama’ah; sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan), mereka tidak meninggalkan (Rosululloh) sebelum meminta idzin kepadanya. Sesungguhnya orang-orangy ang meminta idzin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, maka apabila mereka meminta idzin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah idzin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nuur, No. Surat: 24, Ayat: 62).
5.“Maka sesungguhnya saja, barangsiapa yang keluar dari Al-Jama’ah kira-kira satu jengkal, maka sungguh tali Islamnya telah lepas dari lehernya kecuali jika ia kembali lagi”. (HR. Abu Daud).
6. “Maka sesungguhnya saja, barangsiapa yang memisahi Al- Jama’ah satu jengkal saja, lalu ia mati, maka ia mati dengan kematian jahiliyah”. (HR. Bukhori).
7. Kamu sekalian menetapilah pada Al-Jama’ah, dan takutlah kamu sekalian pada Al-Firqoh, maka sesungguhnya syetan bersama satu orang dan syetan itu akan menjauh dari dua orang, dan barangsiapa yang ingin berada di tengah-tengah surga maka hendaklah dia menetapi Al-Jama’ah”. (HR. Tirmidzi juz 3 hal 207).
8. “Dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, mereka semua masuk di dalam neraka, kecuali hanya satu golongan (yang tidak masuk neraka). Mereka (sahabat) berkata: “Dan siapakah yang satu golongan itu, ya Rosulalloh? Rosululloh, bersabda: “yaitu (golongan) yang mengerjakan apa yang saya kerjakan dan yang dikerjakan oleh sahabat-sahabat saya”. (HR. Tirmidzi, No. Hadits: 2565).
9. “Barangsiapa yang beramal dalam Jama’ah, lalu benar, maka Alloh menerimanya, dan jika salah, Alloh mengampuninya. Dan barangsiapa yang beramal mencari yang Firqoh, lalu benar, maka Alloh tidak akan menerimanya, dan jika salah, maka hendaklah ia bertempat duduk pada tempat duduknya dari api (mak: di neraka)”. (HR. Thobrooni).
10. “…maka wajib atas kamu berjama’ah, karena sesungguhnya serigala itu makan kambing yang sendirian.” (HR.Abu Dawud dari Abi Darda, Sunan Abi Daud dalam Kitabus Shalah: I/150 No.547)
11. “Dan tangan (pertolongan) Alloh atas Al-Jama’ah, dan barangsiapa yang membelot, maka ia membelot ke neraka”. (HR. Tirmidzi).
Al JAMAAH: adalah Wadah ISLAM dengan Baiat:
1. “Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: “Menetapilah kamu (Hudaifah bin Yaman) pada jamaah muslimin dan imam mereka (artinya: carilah Islam yang berbentuk jama’ah dan yang mempunyai imam sebagai pemimpinya), aku (Hudaifah bin Yaman), berkata: “(Bagaimana) jika tidak ada jama’ah dan imam mereka? Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: “Uzlah-lah (Pisahilah) segala bentuk firqoh-firqoh (ada 72 firqoh Islam), sekalipun kamu hanya makan akar / umbi pohon sehingga maut menjemput kamu sementara kamu atas keadaan demikian”. (HR. Bukhori, Kitabul Fitan).
2. “Sesungguhnya orang-orang yang berbai’at kepadamu sesungguhnya mereka berbaiat kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang mengingkari bai’atnya niscaya akibat pelanggarannya akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa yang menepati bai’atnya, maka Allah akan memberikan pahala yang besar.” (Q.S. Al Fath : 10).
3. “Barangsiapa melepas tangan dari taat akan bertemu dengan Allah pada hari kiyamat dengan tidak punya alasan. Dan barangsiapa mati sedang tidak ada ikatan bai’at pada lehernya maka ia mati seperti matinya orang jahiliyah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh : II/136)
4. Yang dimaksud “seperti mati Jahiliyah” adalah kematian dalam kesesatan, perpecahan dan tidak mempunyai imam yang dibaiat dan ditaati. (Hamisy Shahih Muslim II/136)
5.Dari Ibnu abbas ia berkata: telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang melihat sesuatu yang dibencinya dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah barang satu jengkal saja lalu ia mati maka kematiannya berada dalam kejahiliyaan”.(HR.Muslim 3/1477 No.1849)
6. “Tiga macam orang yang Allah tidak akan berkata kata kepada mereka pada hari kiyamat dan tidak akan membersihkan (memaafkan), dan bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka itu adalah: 1) Orang yang mempunyai kelebihan air di tengah jalan tetapi menolak permintaan orang yang dalam keadaan bepergian, 2) Orang yang berbai’at pada seorang imam, tetapi tidaklah ia berbai’at kecuali karena dunia, jika diberi menepati bai’atnya dan jika tidak diberi (ditolak tuntutannya) ia tidak menepatinya, 3) Orang yang menjual barang pada orang lain setelah ‘Ashar dan bersumpah dengan nama Allah, sungguh akan diberikan dengan ketentuan begini dan begini, lalu ia membenarkannya dan hendak mengambilnya, tetapi ia tidak memberikannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/99, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204, At-Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi IV/128 No: 1595. Lafadz Al-Bukhari)
7. “Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama (artinya baiat yang pertama dilakukan pada saat itu), maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)
8. “Kami berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan semangat ataupun lemah (berat), dan untuk tidak menentang perintah kepada ahlinya serta untuk menegakkan (kebenaran) atau berkata dengan benar di manapun kami berada, tidak takut dalam membela agama Allah dari celaan orang-orang yang mencelanya.” (HR. Al Bukhari dari Ubadah bin Shamit, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/96, Muslim, Shahih Muslim: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/202, An-Nasai, Sunan An-Nasai VII/137-138. Lafadz Al-Bukhari)
9. “Barangsiapa mati dan dilehernya tidak ada baiat, maka sungguh dia telah melepas ikatan Islam dari lehernya”[Dikeluarkan oleh Muslim dari Ibnu Umar]
10. “Barangsiapa berjanji setia kepada seorang imam dan menyerahkan tangan dan yang disukai hatinya, maka hendaknya dia menaati imam tersebut menurut kemampuannya. Maka jika datang orang lain untuk menentangnya, maka putuslah ikatan yang lain tersebut”
[Dikeluarkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari Abdillah bin Amr bin Ash]
11. “Dan barangsiapa yang berbaiat kepada seorang imam lalu bersalaman dengannya (sebagai tanda baiat) dan menyerahkan ketundukannya, maka hendaklah dia mematuhi imam itu semampunya. Jika ada yang lain datang untuk mengganggu imamnya (memberontak), penggallah leher yang datang tersebut.” (HR. Muslim no. 1844)
12. Dari sahabat nabi Abu hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda: “Barang siapa yang mentaati aku sungguh ia telah mentaati Allah, dan barang siapa yang durhaka padaku sungguh ia telah mendurhakai Allah, barang siapa yang taat pada pemimpin sungguh ia telah taat padaku, dan barang siapa yang durhaka pada pemimpin sungguh ia telah durhaka padaku”. (HR.Muslim 3/1466 No.1835)
SEBERAPA PENTING BAIAT:
1. Dari Ibnu abbas ia berkata: telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang melihat sesuatu yang dibencinya dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah barang satu jengkal saja lalu ia mati maka kematiannya berada dalam kejahiliyaan”.(HR.Muslim 3/1477 No.1849)
2. Dari sahabat nabi Abu hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda: “Barang siapa yang mentaati aku sungguh ia telah mentaati Allah, dan barang siapa yang durhaka padaku sungguh ia telah mendurhakai Allah, barang siapa yang taat pada pemimpin sungguh ia telah taat padaku, dan barang siapa yang durhaka pada pemimpin sungguh ia telah durhaka padaku”. (HR.Muslim 3/1466 No.1835)
3. “Barangsiapa mati dan dilehernya tidak ada baiat, maka sungguh dia telah melepas ikatan Islam dari lehernya”[Dikeluarkan oleh Muslim dari Ibnu Umar]
Ada Banyak Wadah ISLAM dengan Baiat apa yang harus dilakukan?(misal:JI, MMI, JAT, MTA, dll..):
“Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama (artinya baiat yang pertama dilakukan pada saat itu/ yang paling duluan melakukan baiat), maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)
Posting Komentar
Alhamdulillah Jazakumullahu Khoiro atas komentarnya !